Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams, penemu Twitter



Twitter didirikan oleh 3 orang yaitu Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams pada bulan Maret tahun 2006. Dan baru diluncurkan bulan Juli ditahun yang sama. Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging dimana kita sebagai pengguna dapat memberikan informasi update (perbaruan) informasi tentang diri kita, bisnis dan lain sebagainya.
Twitter punya beberapa istilah. Di antaranya, tweet. Artinya, sesuatu yang ditulis di status Twitter. Lalu, ada @, yaitu penanda yang ditulis di depan nama pengguna lain agar tweet yang ditulis diterima pengguna tersebut yang dituju. Sedangkan maksud RT adalah ReTweet. Artinya, membalas tweet milik orang tanpa harus menghapus tweet yang bersangkutan.
User di Twitter juga bisa membuat atau mengikuti topik perbincangan. Setiap tema dalam topik perbincangan di Twitter diberi tanda hash tags (#) di depannya.
Para pengguna akun Twitter juga bisa mencari topik yang sedang banyak dibicarakan dalam trending topics.
Ada juga istilah OverHeard (OH), yaitu penulisan tweet milik orang lain pada status tanpa ingin mencantumkan siapa yang menuliskannya. OH ditulis di depan tweet yang ingin dimasukkan.

OverHeard, juga ada HeardTrough (HT). Arti tulisan ini adalah mem-posting tweet yang berdasar sesuatu yang didengar dalam kehidupan nyata.Dunia yang diciptakan Jack Dorsey, penemu Twitter.com, adalah sebuah negeri yang remeh, sebenarnya. Lelaki jebolan New York University itu hanya menciptakan sistem yang bisa mengirimkan pesan pendek di Internet. Panjang pesan yang bisa dikirim juga cuma 140 karakter--kalah dengan SMS, yang menampung 160 karakter. Pesan itu juga hanya dikirim ke jaringan teman yang sudah terdaftar di Internet.
Untuk Anda yang berusia di atas 25 tahun dan jarang bermain di ranah blog, Twitter ini semacam Blogger mini atau micro-blogging tempat curahan hati lewat Internet atau ponsel.
Isinya? Kerap kali cuma keluhan atau unek-unek yang tak tersampaikan. Contohnya: "Bete nih, habis dimarahi bos.", atau "Nasi goreng lagi, nasi goreng lagi, the worst junk food in the world!", atau "Bobok bersama Roxette.".
Apa yang bisa dilakukan dengan pesan semini itu? "Itu bisa menjadi pabrik uang," begitulah kata Dorsey.
Benar, sejak 2006, Twitter membangun kerajaan bisnisnya dengan pesan mini itu. Dorsey, atau juga jutaan anak muda Amerika Serikat lainnya, punya mimpi yang sama: suatu hari mereka ingin seperti Bill Gates (pendiri Microsoft) atau Mark Zuckerberg (pendiri Facebook), yang, walau DO (drop out) dari kampus, tapi kaya raya. 
Untuk mewujudkan impiannya, Dorsey menggandeng Evan William. Anak muda penemu Blogger ini kaya raya karena menjual "mainannya" itu ke Google. Dalam tempo dua tahun, Twitter si mini ini telah menjadi salah satu perusahaan Internet baru yang paling panas bisnisnya. Penggunanya sudah mencapai tiga juta lebih.
Selama tiga tahun berdiri ini, Twitter lebih terlihat sebagai sensasi kultural ketimbang sebuah bisnis. Twitter telah meraih 55 juta pelanggan–lima negara terbanyak penggunanya adalah Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Spanyol, dan Indonesia (sungguh mengejutkan!). Mereka berkomunikasi dari urusan remeh-temeh, seperti @sherinamunaf (ini nama akun di Twitter) yang asyik meledek pacarnya @radityadika, sampai urusan gempa di Padang, protes di Iran, dan bantuan untuk banjir di Filipina. Williams dan Stone tak terlihat terburu-buru menyulap situs itu menjadi mesin uang.

Mungkin Williams dan Stone mengikuti jejak Google. Goliath Internet itu selama bertahun-tahun tak jelas model bisnisnya. Memasang iklan baris–betapa kunonya sebenarnya dibandingkan dengan iklan banner ala Yahoo!–selama bertahun-tahun tanpa tujuan yang jelas. Google juga membeli situs blog, Blogger, milik Williams walau tak ada pengiklan yang mau pasang. Sebelum mereka untung, Google akhirnya meraih kucuran modal ventura sebesar US$ 25 juta (sekitar Rp 235 miliar) pada 1999.
Prestasi Twitter lebih baik daripada Google pada 1999. Saat ini mereka telah mendapat gerojokan modal US$ 100 juta (Rp 940 miliar). Para pemodal itu ternyata juga tak kalah “gendeng”. Mereka tak meminta Twitter segera untung. “Saya lebih tertarik memikirkan bagaimana kami meraih 100 juta atau lebih pelanggan ketimbang berpikir cara mendapatkan uang,” kata Fred Wilson, pemilik Union Square Ventura, sekaligus pendukung pertama Twitter. Wow, betapa nikmatnya.